Wednesday, October 20, 2010

DULU POLISI, KINI TERORIS

Jumat, 24 September 2010 | 08:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — M Sofyan Tsauri adalah polisi yang memilih menjadi teroris. Pangkat terakhirnya brigadir sebelum dipecat pada tahun 2009 akibat melakukan poligami dan desersi. Tak ada kekecewaan atas pilihan hidupnya itu. Sofyan yang turut mendirikan kamp pelatihan kemiliteran teroris di Jantho justru merasa bangga menjadi  teroris. Ia memilih menjadi teroris karena ingin menegakkan syariat Islam di Indonesia. Berikut penuturan Sofyan Tsauri alias Abu Ahyass alias Marwan di Pengadilan Negeri  (PN) Depok, Jawa Barat, Kamis (23/9/2010), kepada Tribunnews.com:
Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya adalah buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan, saya tempatnya bukan di dalam sel. Saya ditangkap bersama istri saya. Kalau mau tahu bagaimana saya ditangkap, tanya istri saya. Saat penangkapan, suasananya sangat dramatis, ada  tembakan di jalan. Saya bukan susupan. Saya sangat menyayangkan kalau ada yang bilang saya intel penyusup.

Saya sudah memberikan mereka 28 senjata api dan puluhan ribu peluru. Justru saya dikhianati oleh mereka. Saya menjadi kambing hitam atas kegagalan jihad di Aceh. Jihad Aceh sudah kami rencanakan. Mungkin mereka tidak cross-check ke sana. Mungkin mereka minim pengetahuan tentang saya. Bisa di-cross-check ke Polres Depok, siapa saya.

Saya itu awalnya ingin menegakkan syariat Islam untuk membawa Indonesia ke jalan yang lebih baik karena hanya dengan syariat Islam, Indonesia akan menjadi lebih baik. Tokoh mujahid yang saya suka adalah sosok Dulmatin, dan saya memang sengaja mencari tahu keberadaan dia untuk bergabung. Karena Allah, saya akhirnya bertemu Dulmatin. Kemudian saya dan beliau ketemu di Aceh, lalu mengadakan program latihan di Aceh.